List News

Dalam kasus penanganan nyeri, utamanya nyeri kronis. Baik dokter maupun pasien selalu mencari solusi jangka panjang ketimbang jangka pendek untuk mengatasi nyeri yang dialami pasien. Setidaknya terdapat 3 modalitas non-bedah yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri yang dilakukan dengan cara mengablasi (mengbaalkan) system saraf. Yakni; menggunakan kondisi dingin yang ekstrim atau disebut cryoablation, menggunakan temperatur panas yang tinggi dalam hal ini alat radiofrekuensi, dan cairan kimia yang bersifat neurolisis seperti penggunaan alcohol atau fenol.

Dalam beberapa kepustakaan yang ada, radiofrekuensi dianggap sebagai pilihan yang paling tepat untuk mengatasi nyeri, karena terapi ini lebih efektif dibandingkan modalitas terapi lainnya pada kebanyakan orang. Radiofrekeuensi juga relatif aman, karena dapat dilakukan stimulasi saraf terlebih dahulu untuk meminimalkan kesalahan terapi.

Dari sejarahnya teknologi rasiofrekuensi ablasi pertama kali dilakukan pada tahun 1931, oleh seorang dokter bernama Krischner untuk mengobati nyeri akibat trigeminal neuralgia. Dan untuk pertama kali teknologi radiofrekuensi dikomersilkan oleh Cosman dan Aronow.

Teknologi radiofrekuensi, merubah arus berkekuatan tinggi menjadi panas di ujung elektodanya, yang selanjutnya diaplikasikan ke jaringan atau saraf. Lesi yang dihasilkan sangat bergantung kepada ukuran elektroda, temperature yang dihantarkan dan lamanya aplikasi di jaringan.

PT Visi Sejahtera Medika, sebagai distributor alat-alat kesehatan di Indonesia saat ini memiliki divisi penyewaan alat-alat neuro & pain management, mulai dari C-arm hingga radiofrekuensi. Dengan hadirnya PT Visi Sejahtera Medika diharapkan dokter-dokter di Indonesia tidak perlu lagi berinvestasi untuk pembiyaan alat yang besar.

Tags:

Share: